Pagi-pagi sekali Nata
bangun, karena ini sudah waktu subuh, ia pun menjalankan sholat subuh terlebih
dahulu. Selesai sholat, ia bergegas mandi. Sudah siap dengan semuanya, ia
segera turun ke lantai dasar untuk sarapan pagi dengan keluarganya.
“morning pa, ma, bang” sapa Nata.
“morning” sahut semuanya.
Selama sarapan, tidak ada perbincangan, hanya ada suara
sendok dan garpu yang berlawanan dengan piring kaca. Setelah makan, ia meminta
Pak Yus, supir pribadinya itu mengantarnya pergi ke sekolah. Sesampai disekolah,
ia bergegas menuju ruang kelasnya. Terdengar suara sorak-sorakan riuh
teman-temannya. Dengan penasaran, ia mempercepat langkahnya lagi. Tepat didepan
kelas, ia melihat teman-temannya yang sedang mengerubungi papan dinding sebelah
kelasnya itu. Karena penasaran dengan apa yang dikerubungi, ia menghampiri
mereka. Saking banyaknya yang mengerubungi, Nata memilih mengalah dan duduk di
bangku biru. Salah satu temannya keluar dari kerubungan. Nata pun
menghampirinya.
“bem, paan sih?” tanya Nata penasaran.
“hasil ujian tengah kemarin.” Jawab Bembi pendek.
“oh.” Nata hanya meng-oh-kan jawaban Bembi.
Lalu dengan gesit Nata menerobos kerubungan itu. Dan sampailah
ia didepan papan dinding. Ia sibuk mencari namanya. ‘Nathanael Dewa
Yoespitoani, ayo come on… Nathanael Dewa Yoespitoani…’ batinnya mencari-cari
namanya. Dan hingga abjad ke 14, ia melihat sebentar dan, Nata bersorak-sorak
riang.’akhirnya aku dibehel, akhirnya akhirnya… makasih Tuhan’ batin Nata
mengucapkan terimakasih pada Tuhan berkali-kali.
-Flashback-
“paa, gigi Nata behel donggg” rajuk Nata. Nata ngiri
dengan Bang Ody yang semakin terlihat tampan sejak giginya terbehel.
“lho? Bukanya gigi kamu udah bagus?kenapa harus dibehel? Kasihan
gigi kamu nanti.” Jelas Papa.
“tapi pa, kan Nata mau kayak Bang Ody.” Nata berdecak
sebal.
“dih, emang gue kanapa?” tak tau dari mana asalnya,
tiba-tiba Bang Ody sudah duduk disamping Nata. Nata tak menggubrisnya.
“paa ayo lah, come on come on” rengek Nata seperti anak
kecil yang ingin di belikan balon.
“yasudah. Yang penting kamu itu harus ranking 1!”
perintah papa.
“siap pa!” Nata langsung berlari ke kamarnya.
-Flashback Off-
Nata sangat senang hari ini, nyatanya ia sehabis pulang
sekolah langsung memanggil Mamanya. Namun taka da jawaban sama sekali. Ia berfikir
pasti Mama sedang di dapur. Lalu ia lari-lari menuju dapur. Sampai di dapur, ia
tak melihat Mamanya. Hanya Bik Inem yang sedang mencuci piring. Lalu ia
bertanya kepada Bik Inem. Dan kata Bik Inem, Mama pergi ke tempat Tante Acha. Ya
karena Tante Acha habis lahiran, jadi Mama menjenguknya. Karena lelah, ia pun
pergi kekamar timezone family. Nata bermain
sepuas-puasnya. Dan tanpa di sadari ia pun tertidur. Sore harinya, ia bangun
untuk shalat ashar dan mandi. Setelah itu ia menuju gazebo keluarga. Dan ia
melihat Mama, Papa, dan Bang Ody sedang melihat televisi bersama.
“ma! pa!
bang!” teriak Nata. Ia berhambur ke lantai gazebo rumahnya.
“apa
sayang?” tanya mama dan memeluk Nata.
“nata ranking 1!” Nata antusias dengan perkataanya. Keluarganya
yang mendengar pun kaget. Bagaimana bisa, si Nata anak laki-laki manja yang
selalu di ranking pertengahan bisa menjadi ranking 1? Sungguh waspadalah,
waspadalah.
“yang benar saja?” tanya Papa.
“beneran. Nih!” Nata menyodorkan lembaran yang ia sempat
bawa tadi.
“wah pinter lo dek.” Puji Bang Ody. Ya lihat saja nilai-nilanya,
10 8 9 8 9 etc. mendengar pujian dari Bang Ody, pipi Nata memerah bak kepiting
rebus.
“gimana? Janjinya pa!” tagih Nata.
“yuk ikut papa.”
Papa mengajak Nata ke dokter gigi. Sampainya, papa
mengobrol sedikit dengan dokter yang diketahui namanya adalah Dokter Bam. Papa menunggu
di bangku putih, sedangkan Nata yang sibuk di kerjai oleh Dokter Bam. Hati Nata
berbunga-bunga. Dari dulu, ia ingin sekali giginya terbehel, namun baru
sekarang baru umur 10tahun bisa terkabulkan. Selesai dengan semuanya, nata
langsung bercermin. Digiginya atas dan bawah, terdapat pagar-pagar rapih yang
berjejer, ya walaupun harus Nata akui kalau ini memang merisihkan. Setelah itu
Papa mengurus semua administrasi dan langsung pulang. Sampai dirumah, ia pamer
ke Bang Ody, bukannya Bang ody melihat sinis tetapi palah menertawainya. Sunggu
baginya Bang Ody itu manusia teridiot yang pernah ia temui. Setelah pamer ke
Bang Ody, Nata pergi untuk pamer ke Mamanya. Mamanya pun menanggapinya dengan
tersenyum dan menasehati agar siap apa yang akan ia tanggung jika suatu waktu
behel itu berkontraksi.
Pagi-pagi Nata meringis kesakitan, bibirnya sulit
digerakan. Serasa bibirnya itu mati rasa, bengkak dan lebam. Mendengar rintihan
dari kamar Nata, Mama pergi ke kamarnya. Mama yang melihat itu hanya bisa
menggelengkan kepalanya.
“ma.. a.. i.. i.. ni.. sss… ss… sa.. kittt” rintih Nata.
“sebentar mama bawa batu es dulu” kata Mama. Mama keluar.
Tak beberapa lama, mama masuk membawa bongkahan es balok kecil-kecil.
“ini dimakan a…” titah mama. Nata pun membuka mulutnya. Setelah
memakan bongkakan es itu, rasa perih sedikit demi sedikit mengurang. Ia perlahan-lahan,
membuka mulutnya. Dan waw! Sederet atas bawah bibir Nata terpenuhi dengan sariawan
yang sudah agak membesar.
“mama ini” teriak nata histeris.
“sayang, memakai behel pertamanya memang begini. Sariawan
penuh sana sini. Gigimu kan sudah bagus kenapa haraus di behel? Mau kayak Bang
Ody? Bang Ody kan itu giginya belum rata. Belum sebagus Nata, makanya dia di
behel.” Celetuk mama.
“abis, Nata ngiri dengan Bang Ody. Dia kelihatan lebih
keren saat memakai behel. Makanya Nata pengin makai behel.” Jelas Nata.
“ya sudah jangan disesali. Jalani saja. Mungkin Cuma satu
minggu saja kok sakitnya. Yang penting, kalau mau minta apa-apa dilihat dulu
dampaknya bagaimana.” Nasihat Mama. Nata pun hanya mengangguk.