“Mama dari mana aja? Kok
Raka gak diajakin? Pulang pulang bawa belanjaan lagi. Ih ngebetein aja!” sewot
Raka yang sedang menuruni tangga. Zaraka Arlan Auriga.
“Mama habis arisan sayang,
tadi lewat depan mall ya jadi Mama
masuk deh. Sekalian beli celemek” tutur Mama.
“celemek buat siapa Ma?”
mendengar penuturan Mama, membuat Raka antusias berlari kecil menghampiri Mama
nya. Hah! Urusan dengan celemek saja Raka sudah kalang kabut. Faktanya, Raka
memang pengoleksi celemek. Bukan hanya mengoleksi tapi dipakai dan untuk
praktik membuat kue lho! Jangan
meremehkan Raka, walaupun dia anak laki-laki yang berumur 10 tahun, tetapi
bakatnya dalam membuat kue dapat di acungi 4 jempol. Amazing! Lihat saja almari ruang keluarga semua dipenuhi oleh
banyaknya piala dan piagam. Dan hampir semua bertuliskan juara pertama. Ckck.
“jelas buat kamu dong
sayang. Ini” Mama memberikan bingkisan yang sudah pasti isinya adalah celemek.
Raka mengambil alih dan langsung membuka bingkisan itu.
“wah! Makasih Mama! Raka
seneng banget. Ini keren!” ujar Raka yang sedang terkagum-kagum dengan apa yang
didapatkannya barusan. Bagaimana ia tidak kagum? Celemeknya aja bergambar
doraemon, kartun favoritnya.
Setelah itu Raka merengek
meminta Mama nya untuk menemaninya ke toserba terdekat. Mama yang mendengar
anaknya sudah merengek pun hanya bisa menggeleng-geleng dan mengikuti Raka.
Mama mau melawanpun percuma saja, pasti akan berujung dengan Raka menangis dan
setelah itu akan mendiami Mamanya beberapa hari. Tanpa diduga, Raka menggunakan
celemek barunya. Mama sudah memeperingati agar tidak menggunakan celemek dengan
alasana agar tidak cepat rusak, tetapi Raka bersikeras menggunakannya. Hingga
tiba di toserba pun Raka menjadi sorotan orang. Bahkan ada yang
membicarakannya. Raka yang melihat pun tersenyum senang, anggapan Raka adalah
semua sedang mengagumi dirinya.
Bahan-bahan sudah terbeli
dan sekarang saatnya pulang. Di rumah Mama membiarkannya membuat sendiri karena
Raka tak ingin ada yang mengikut campuri pekerjaan yang sedang dikerjakannya
itu. Rencana Raka akan membuat Rainbow
Cake atau kue Pelangi. Bahan-bahan sudah tercampur menjadi sebuah adonan.
Saking senangnya di sekitar wjahnya, celemek, dan tangannya tertutup oleh
tepung. Bayangkan saja, gambar doraemon yang ada pada celemek Raka sudah
tertutup oleh tepung. Ckck dasar. Butuh waktu
4 jam untuk menyelesaikan ini. Tapi tidak dengan Raka, waktu sepanjang
apapun bisa ia singkat menjadi separuhnya. Hebat. Dan sudah cukup lama
menunggu, akhirnya Finish! Selesai
kue Pelangi Raka. Yang jelas pasti sangat lezat walaupun tidak menggunakan
hiasan apapun.
“tara!!!! Raka selesai!”
teriak Raka. Mama yang mendengar teriakan Raka dari dapur pun berlari menemui
Raka.
“astaga Raka! Kenapa
dapurnya menjadi seperti ini?! Tak biasanya kamu membuat dapur seperti kapal
pecah! Mana tubuh kamu kebalut tepung semua lagi!” omel Mama. Raka pun hanya
bisa menunjukan sederetan atas gigi behel green-nya.
“maaf Ma, nanti Raka janji
bersihin deh. Suer!” jari Raka membentuk V-sign.
“yasudah, sekarang kamu
mandi. Celemeknya taruh di mesin cuci. Biar Mama yang mencucinya. Mama minta
kuenya” cerocos Mama.
“iya-iya. Kuenya jangan
dihabisin nanti Papa ga kebaggiaaannn!” teriak Raka sembari berlari menuju
kamar mandi. Selang beberapa menit, Raka sudah keluar dari kamar mandi dengan
balutan kaos gambar Iron Man dan
celana jeans santai selutut. Raka
berjalan menuju dapur lalu membuka tudung saji. Ia memakan kue yang dibuatnya
tadi. Baru saja akan memakan roti yang dipegangnya tiba-tiba ada yang mengambil
alih kue itu.
“ih Kak Zafran! Ambil
dong!” dengus Raka. Zafran hanya tertawa melihat adiknya medengus kesal. Dan
saat Raka akan mengambil kuenya, tiba-tiba teman-teman rumah memanggil namanya.
Dan akhirnya Raka tidak jadi mengambil kuenya dan langsung menutup tudung saji
lal mendengus kesal. Ia berlari menuju pintu utama.
Cklek!!
“hei. Ada apa?” tanya Raka
basa-basi.
“main bola yuk! Yang lain
udah pada di lapangan tuh!” ajak Bobbi si gembul.
“oh yaudah ayo! Eh tapi
tunggu dulu ya, aku masuk sebentar” Raka berlari menuju tempat mesin cuci dan
mencari celemek barunya. Akhirnya ketemu dan langsung memakainya. ‘Tidak peduli
kotor ataupun tidak yang penting aku bisa memamerkannya’ batin Raka.
“kok pake celemek ka? Emang
kita mau masak?” ledek Bobbi.
“kamu cerewet ternyata. Udah
ayo keburu selese nanti” ajak Raka. Mereka pun berlari menuju lapangan.
Sesampai di lapangan, Raka
menjadi pusat perhatian –lagi-. Banyak yang menertawakannya. Raka yang
melihatnya mendengus sebal. Dipikirannya, apa salahnya coba jika ia memakai
celemek. Guntur, musuh tim Raka mendekati Raka.
“buahahaha kamu mau ngapain?
Masak? Disini ga ada lomba masa woy. Masa laki-laki kok masak.” Ledek Guntur.
“biarin” jawab Raka acuh
tak acuh.
Pertandingan pun di mulai
dimana Raka CS melawan Guntur CS. Pertandinan berlangsung sangat riuh. Ada yang
gol lah, ada yang terjatuh hingga membuat semuannya tertawa lah, ada yang
terkena bola hingga nangis lah dan blablabla. Hingga kejadian yang tak terduga
pun menimpa Raka.
BREKKK!!!
Suara kain yang bisa
membuat pemain bola menengok ke arahnya. Tanpa sadar celemek Raka sobek
dibagian bawahnya. Pamain yang melihat itu pun tertawa terbahak-bahak. Jangankan
musuhnya, teman mainnya juga menerawakannya. Malu dengan kejadian itu, Raka
berlari pulang. Sampai dirumah, ia ngos-ngosan.
“Mama!!” teriak Raka. Tak lama,
wanita paruh baya itu menuju Raka.
“ada apa sayang?” tanya
Mama heran.
“Celemek Raka sobek”Raka
memasang wajah melasnya.
“tuh kan, lagian kamu
juga, masih basah di pakai. Jadi sobek kan?” tegur Mama.
“kan Raka mau pamer
ketemen-temen” ucap Raka saking polosnya.
“Raka, Mama nasehatin. Dimana-mana
orang yang ingin pamer atau ria, barangnya yang di pamerin ga bertahan lama Raka.
Sama saja seperti orang sombong. Orang sombong dan pelit nanti bakal masuk
neraka, juga pasti tidak disenangi oleh teman-teman” nasihat Mama.
“iya mama. Raka khilaf. Janji
deh Raka engga akan pamer lagi.” Raka menautkan kelingkingnya kepada Mama.
Karena kejadian itu,
sampai sekarang Raka tidak lagi pamer, dan akhirnya Guntur CS dan Raka CS pun
berbaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar