Rabu, 29 Oktober 2014

Gara-Gara Behel


Pagi-pagi sekali Nata bangun, karena ini sudah waktu subuh, ia pun menjalankan sholat subuh terlebih dahulu. Selesai sholat, ia bergegas mandi. Sudah siap dengan semuanya, ia segera turun ke lantai dasar untuk sarapan pagi dengan keluarganya.

            “morning pa, ma, bang” sapa Nata.

            “morning” sahut semuanya.

            Selama sarapan, tidak ada perbincangan, hanya ada suara sendok dan garpu yang berlawanan dengan piring kaca. Setelah makan, ia meminta Pak Yus, supir pribadinya itu mengantarnya pergi ke sekolah. Sesampai disekolah, ia bergegas menuju ruang kelasnya. Terdengar suara sorak-sorakan riuh teman-temannya. Dengan penasaran, ia mempercepat langkahnya lagi. Tepat didepan kelas, ia melihat teman-temannya yang sedang mengerubungi papan dinding sebelah kelasnya itu. Karena penasaran dengan apa yang dikerubungi, ia menghampiri mereka. Saking banyaknya yang mengerubungi, Nata memilih mengalah dan duduk di bangku biru. Salah satu temannya keluar dari kerubungan. Nata pun menghampirinya.

            “bem, paan sih?” tanya Nata penasaran.

            “hasil ujian tengah kemarin.” Jawab Bembi pendek.

            “oh.” Nata hanya meng-oh-kan jawaban Bembi.

            Lalu dengan gesit Nata menerobos kerubungan itu. Dan sampailah ia didepan papan dinding. Ia sibuk mencari namanya. ‘Nathanael Dewa Yoespitoani, ayo come on… Nathanael Dewa Yoespitoani…’ batinnya mencari-cari namanya. Dan hingga abjad ke 14, ia melihat sebentar dan, Nata bersorak-sorak riang.’akhirnya aku dibehel, akhirnya akhirnya… makasih Tuhan’ batin Nata mengucapkan terimakasih pada Tuhan berkali-kali.

            -Flashback-

            “paa, gigi Nata behel donggg” rajuk Nata. Nata ngiri dengan Bang Ody yang semakin terlihat tampan sejak giginya terbehel.

            “lho? Bukanya gigi kamu udah bagus?kenapa harus dibehel? Kasihan gigi kamu nanti.” Jelas Papa.

            “tapi pa, kan Nata mau kayak Bang Ody.” Nata berdecak sebal.

            “dih, emang gue kanapa?” tak tau dari mana asalnya, tiba-tiba Bang Ody sudah duduk disamping Nata. Nata tak menggubrisnya.

            “paa ayo lah, come on come on” rengek Nata seperti anak kecil yang ingin di belikan balon.

            “yasudah. Yang penting kamu itu harus ranking 1!” perintah papa.

            “siap pa!” Nata langsung berlari ke kamarnya.

            -Flashback Off-

            Nata sangat senang hari ini, nyatanya ia sehabis pulang sekolah langsung memanggil Mamanya. Namun taka da jawaban sama sekali. Ia berfikir pasti Mama sedang di dapur. Lalu ia lari-lari menuju dapur. Sampai di dapur, ia tak melihat Mamanya. Hanya Bik Inem yang sedang mencuci piring. Lalu ia bertanya kepada Bik Inem. Dan kata Bik Inem, Mama pergi ke tempat Tante Acha. Ya karena Tante Acha habis lahiran, jadi Mama menjenguknya. Karena lelah, ia pun pergi kekamar timezone family. Nata bermain sepuas-puasnya. Dan tanpa di sadari ia pun tertidur. Sore harinya, ia bangun untuk shalat ashar dan mandi. Setelah itu ia menuju gazebo keluarga. Dan ia melihat Mama, Papa, dan Bang Ody sedang melihat televisi bersama.

“ma! pa! bang!” teriak Nata. Ia berhambur ke lantai gazebo rumahnya.

            “apa sayang?” tanya mama dan memeluk Nata.

            “nata ranking 1!” Nata antusias dengan perkataanya. Keluarganya yang mendengar pun kaget. Bagaimana bisa, si Nata anak laki-laki manja yang selalu di ranking pertengahan bisa menjadi ranking 1? Sungguh waspadalah, waspadalah.

            “yang benar saja?” tanya Papa.

            “beneran. Nih!” Nata menyodorkan lembaran yang ia sempat bawa tadi.

            “wah pinter lo dek.” Puji Bang Ody. Ya lihat saja nilai-nilanya, 10 8 9 8 9 etc. mendengar pujian dari Bang Ody, pipi Nata memerah bak kepiting rebus.

            “gimana? Janjinya pa!” tagih Nata.

            “yuk ikut papa.”

            Papa mengajak Nata ke dokter gigi. Sampainya, papa mengobrol sedikit dengan dokter yang diketahui namanya adalah Dokter Bam. Papa menunggu di bangku putih, sedangkan Nata yang sibuk di kerjai oleh Dokter Bam. Hati Nata berbunga-bunga. Dari dulu, ia ingin sekali giginya terbehel, namun baru sekarang baru umur 10tahun bisa terkabulkan. Selesai dengan semuanya, nata langsung bercermin. Digiginya atas dan bawah, terdapat pagar-pagar rapih yang berjejer, ya walaupun harus Nata akui kalau ini memang merisihkan. Setelah itu Papa mengurus semua administrasi dan langsung pulang. Sampai dirumah, ia pamer ke Bang Ody, bukannya Bang ody melihat sinis tetapi palah menertawainya. Sunggu baginya Bang Ody itu manusia teridiot yang pernah ia temui. Setelah pamer ke Bang Ody, Nata pergi untuk pamer ke Mamanya. Mamanya pun menanggapinya dengan tersenyum dan menasehati agar siap apa yang akan ia tanggung jika suatu waktu behel itu berkontraksi.

            Pagi-pagi Nata meringis kesakitan, bibirnya sulit digerakan. Serasa bibirnya itu mati rasa, bengkak dan lebam. Mendengar rintihan dari kamar Nata, Mama pergi ke kamarnya. Mama yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

            “ma.. a.. i.. i.. ni.. sss… ss… sa.. kittt” rintih Nata.

            “sebentar mama bawa batu es dulu” kata Mama. Mama keluar. Tak beberapa lama, mama masuk membawa bongkahan es balok kecil-kecil.

            “ini dimakan a…” titah mama. Nata pun membuka mulutnya. Setelah memakan bongkakan es itu, rasa perih sedikit demi sedikit mengurang. Ia perlahan-lahan, membuka mulutnya. Dan waw! Sederet atas bawah bibir Nata terpenuhi dengan sariawan yang sudah agak membesar.

            “mama ini” teriak nata histeris.

            “sayang, memakai behel pertamanya memang begini. Sariawan penuh sana sini. Gigimu kan sudah bagus kenapa haraus di behel? Mau kayak Bang Ody? Bang Ody kan itu giginya belum rata. Belum sebagus Nata, makanya dia di behel.” Celetuk mama.

            “abis, Nata ngiri dengan Bang Ody. Dia kelihatan lebih keren saat memakai behel. Makanya Nata pengin makai behel.” Jelas Nata.

            “ya sudah jangan disesali. Jalani saja. Mungkin Cuma satu minggu saja kok sakitnya. Yang penting, kalau mau minta apa-apa dilihat dulu dampaknya bagaimana.” Nasihat Mama. Nata pun hanya mengangguk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar